Laman

Rabu, 11 November 2009

PRINSIP BUDIDAYA PADI

Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R
Diproduksi : IPPT Wonocolo

VARIETAS DAN KEBUTUHAN BENIH
Pergiliran varietas harus dilaksanakan guna memperpanjang sifat ketahanan suatu varietas atas serangan hama dan penyakit tertentu. Hama dan penyakit utama seperti wereng coklat, virus tungro, bakteri hawar daun atau kresek ( Xanthomonas capetris sp ) dan bias ( Pyricularia oryzae) dikendalikan dengan penerapan pergiliran varietas. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih varietas di wilayah hamparan tertentu :

  1. Varietas umur sedang 120 hari - 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.


  2. Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Benih berasal dari produsen yang dapat dipercaya.


  3. Kebutuhan benih 30 - 35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo 35 - 40 kg/ha.


  4. Di daerah endemis serangan penyakit tungro dapat dipilih varietas Memberamo, IR-66, dan IR-74.


  5. Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas : Memberamo, Digul, Barumun, Way Apo Buru, Widas dan Ketonggo (ketan).


  6. Di daerah endemis penyakit hawar daun bakteri dianjurkan menggunakan varietas : Way Apo Buru, Krueng Aceh, Memberamo, Cilosari, Cibodas, Maros dan Widas.


  7. Memberamo lebih sesuai ditanam pada musim hujan II (MH II) atau musim gadu (MK I). Bila terpaksa ditanam pada musim hujan, dosis N yang dianjurkan adalah 200 kg Urea dengan pengairan berkala atau terputus-putus.


  8. Untuk daerah yang tidak terjadi masalah serangan hama dan penyakit varietas yang dipilih : IR-64, Way Apo Buru dan Widas pada MH, pada MK71 varietas Memberamo, Widas/Way Apo Buru.


  9. Sawah tadah hujan dapat ditanam varietas Grata, Way Rarem, Towuti, IR-64 dan IR-36.

PESEMAIAN DAN BIBIT
Yang harus diperhatikan dalam membuat pesemaian agar diperoleh bibit yang sehat/kuat antara lain yaitu:

  1. Untuk setiap 1 hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan seluas 5% (1/20-nya).


  2. Pesemaian dibuat pada area yang mudah di airi, dan tidak di area bekas serangan tungro dan penggerek batang.


  3. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.


  4. Benih di rendam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.


  5. Untuk daerah endemis serangan wereng coklat, benih sebaiknya diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum disemaikan.


  6. Pemupukan pesemaian dengan 10 kg Urea + 5 kg SP-36 + KCi 3 kg setiap 500 m2 diberikan 5 hari setelah tabur benih.


  7. Untuk mencegah serangan wereng coklat, benih dicampur dulu dengan insektisida fipronil (Regent 50 SC).


  8. Pencegahan serangan penggerek batang dan tungro, pesemaian disemprot dengan penaburan insektisida karbofuran 20 gr/10 m2 atau insektisida lain bila dijumpai serangga penular.


  9. Bibit dipindahkan pada umur 25 - 28 hari.


  10. Penanaman pada lahan yang PH > 6,5 atau diperkirakan kahat Zn, bibit sebelum ditanam supaya dicelup dalam larutan 2% Zn S04 selama 2 menit.


  11. Bibit yang menunjukkan gejala penyakit tungro (warna daun kuning kemerahan dan kaku) atau adanya gejala ganjur tidak ditanam.

PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Anjuran pengolahan tanah sebagai berikut:
  1. Dianjukan menambah 2-5 ton/ha bahan organik (pupuk kandang / kompos ) diberikan sebelum pengolahan tanah I, terutama pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah.
  2. Tanah berat dibajak dua kali, arah bajakan membentuk garis silang tegak lurus, kedalaman bajak 15 - 20 cm. Tanah ringan pembajakan dilakukan satu kali dan digaru satu kali pada kedalaman sekitar 25 cm.
  3. Untuk melumpurkan dan meratakan tanah, tanah dirotari dan di "gelebek" satu atau dua kali. Bila tidak terdapat rotari bisa dicangkul atau dilakukan penggaruan.
  4. Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
  5. Untuk keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah pertama hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.
PENANAMAN
Penanaman dapat dilakukan dengan sistem pindah biasa atau JAJAR LEGOWO

  1. Saat tanam diupayakan seserempak mungkin, dalam suatu hamparan seluas + 50 ha diusahakan selesai sekitar 10 hari.


  2. Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau "blak" yang telah ditentukan jarak tanamnya.


  3. Jarak tanam :


    • Tapi biasa : 18cm x 18cm ; 20cm x 18cm ; 20cm x 20cm, 2-3 bibit/rumpus.


    • Jajar legowo : 40 cm x ( 20 cm x 10 cm ), jarak antar barisan berselang - seling 40cm dan 20cm, jarak dalam barisan l0cm, 2-3 bibit/ rumpus.

PENYIANGAN

  1. Penyiangan secara manual atau menggunakan "osrok"/ landak.


  2. Penyiangan dapat dilakukan secara kombinasi dengan herbisida dan tangan, dengan teknik sebagai berikut


    • Penyemprotan herbisida purna tumbuh pada umur±15 hari, dosis 2 – 3 It/ha atau menurut petunjuk. Contoh herbisida Saturn-D, Ally, Rumpass, Agroxon, Ronstar dll.


    • Penyiangan pada umur _+ 30 hari bisa menggunakan tangan atau "osrok".

PEMUPUKAN

  1. Dosis pupuk Urea 250-300 kg/ha, diberikan 2 kali umur 1/2 dosis pada 8-15 hari setelah tanam (HST) dan ½ dosis pada saat primordia (45 hst). Pada tanah porus Urea diberikan tiga kali yaitu pada umur ± 15 hst, + 28 hst dan 42 hst, masing-masing 1/3 dosis Urea.


  2. Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu dosis SP-36 50-100 kg dan KCI 50-75 kg/ha.


  3. Saat ini di pasar bebas telah beredar pupuk alternatif, selain pupuk standar seperti Urea, SP-36 dan KCI.


  4. Lebih jelasnya dosis pemupukan N, P dan K maupun pupuk alternatif tanaman padi dapat di konsultasikan dengan PPL/BPP setempat.

PENGAIRAN

  1. Usahakan pengelolaan air seefisien mungkin, agar penggunaan air lebih hemat sehingga areal yang diairi lebih luas.


  2. Sistem pengairan terputus (diairi 4-6 hari sekali) memberikan hasil yang sama dengan pengairan tergenang terus menerus dan dapat menekan populasi hama dan penyakit.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit utama tanaman padi seperti tikus, wereng, penggerek batang dan penyakit tungro, sbb:

a. Pengendalian Tikus

  1. Pengendalian tikus dengan bubu dilakukan seawal mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah sampai panen. Pemasangan bubu dipesemaian maupun dipertanaman merupakan salah satu cara menekan populasi tikus.


  2. Pengendalian dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut ( sangat beracun, membunuh tikus dengan cepat ) dan racun kronis (membunuh -tikus setelah makan berulang-ulang ).


  3. Pengumpanan dengan racun akut efektif dilakukan pada saat bera menjelang musim hujan, pada saat itu sumber makanan tidak tersedia.


  4. Saat pertumbuhan vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak ± 50 m antar lokasi umpan.


  5. Pada fase bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.


  6. Saat padi berbunga hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan dengan asap belerang atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase ini tidak efektif, karena sumber makanan melimpah.

b. Pengendalian Wereng Coklat

  1. Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu.


  2. Laksanakan pergiliran varietas.


  3. Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya, selingi dengan palawija.


  4. Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat.


  5. Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk. K (KCI) dapat mengurangi keparahan akibat serangan hama wereng.


  6. Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3 - 4 hari. Segera setelah panen tunggul jerami di bakar dan di bajak.


  7. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman berumur kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur lebih dari 40 hari. Tanaman disemprot dengan insektisida seperti Applaud, Regent 50 SC, Confidor 5 WP, atau Winder 25 WP.

c. Penyakit Tungro

  1. Segera setelah panen tanah dibajak agar singgan tidak tumbuh. Tanam seawal mungkin secara serempak.


  2. Pergiliran tanaman padi - padi - palawija.


  3. Gunakan varietas tahan tungro seperti Mamberamo, IR-66, dan IR-74.


  4. Mencabut tanaman yang terserang.


  5. Pengendalian secara kimiawi dilakukan sejak di pesemaian dengan insektisida karbofuran (Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.

d. Penggerek Batang.

  1. Sampai saat ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang. Lakukan tanam serempak.


  2. Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar.


  3. Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan akibat serangan penggerek batang.


  4. Segera setelah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih