JAKARTA – Sesungguhnya semua manusia sama di mata Allah. Posisi yang berbeda-beda hanyalah pembagian peran dalam rangka ibadah menyambut seruan Allah. ‘’Siapa pun, di posisi mana pun punya peluang yang sama menjadi yang terbaik di mata Allah. Marilah kita berlumba menggapai positi terbaik itu,’’ kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta kemarin.
Berbicara sebagai khotib dalam Shalat Jum’at di Masjid Nurul Iman Deptan, Mentan mengutip firman Allah dalam surat An Anfal ayat 24: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa hakikat hidup yang sebenarnya adalah hidup dalam rangka memenuhi serua Allah dan Rasul-Nya. Eksistensi seseorang tergantung pada sejauhmana dia bisa memenuhui seruan dan perintah Allah dan Rasulnya. Jadi martabat dan kemulian seseorang tidak dilihat dari posisinya sebagai apa. Tapi dari ketaatannya terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ketaatan atau ketaqwaan menjandi ukuran tinggi rendahnya martabat dan kemuliaan seseorang di mata Allah. Ini juga ditegaskan Allah dalam Al Qur’an:
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49:13)
Dalam kehidupan, lanjut Mentan, setiap orang dalam posisi masing-masing akan selalu dihadapkan pada ujian. Ujian itu sendiri bisa berupa musibah yang pahit, bisa pula berupa ujian kenikmatan yang menyenangkan. ‘’Saat diuji dengan musibah, kita diminta sabar menghadapinya. Sebaliknya, ketika diuji dengan kenikmatan atau kesenan gan, kita harus pandai bersyukur.’’
Mentan Suswono menjelaskan bahwa biasanya orang cukup sabar ketika mendapat musibah. Tapi banyak orang justru tidak lulus menghadapi ujian kesenangan. Ketika diberi kesenangan banyak orang lupa diri, seolah itu hasil dari prestasi dirinya semata. Tak sedikit juga yang berlaku congkak memandang rendah orang. Padahal sesungguhnya itu semua adalah rahmat dan anugrah dari Allah.
Karena itu, Mentan mengajak hadirin untuk hati-hati dalam menghadapi ujian kesenangan. ‘’Kita mesti pandai bersyukur. Allah berjanji dalam surat Ibrahim jika kita berseyukur Allah akan menambah kenikmatan dengan berlipat. Sebaliknya jika kita kufur nikmat, azab Allah sudah menanti.’’
Usai sholat jumat bersama segenap karyawan lingkungan deptan dan masyarakat sekitarnya, Mentan makan siang bersama dengan para wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Pertanian (Forwatan). Sambil makan, Mentan beramahtamah dan berkenalan dengan para wartawan. Suasana cair dan penuh kehangatan pun terasa siang itu di ruang serbaguna Gedung A Deptan Jakarta.
Sumber : Berita Pertanian Online - Deptan 14-Nov-2009, 10:37:31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar