JAKARTA: Perbankan semakin agresif membiayai sektor agrobisnis. Hingga November 2009 PT Bank Mandiri mengucurkan kredit untuk perkebunan senilai Rp44,3 triliun dan PT Bank CIMB Niaga senilai Rp1,3 triliun.
Direktur Korporasi Bank Mandiri Riswinandi mengatakan komitmen kredit yang disalurkan ke usaha perkebunan Rp44,3 triliun di antaranya untuk pembiayaan sejumlah komoditas seperti sawit, karet, tebu, kakao, kopi, teh dan industri turunannya.
"Jumlah kredit yang telah dikucurkan untuk perkebunan sawit (on farm) senilai Rp14,3 triliun, dan industri hilirnya seperti pengolahan dan oleokimia menyerap Rp8,8 triliun serta untuk perdagangan sawit sekitar Rp900 miliar," jelasnya saat Penandatanganan Perjanjian Kredit Bank Mandiri dengan PT Suryabumi Agrolanggeng, kemarin.
Riswinandi menyatakan peseroan berkomitmen untuk terus mendukung pembiayaan agrobisnis di antaranya dengan memberikan fasilitas kredit investasi senilai Rp600 miliar untuk pengembangan kebun sawit dan pabrik pengolahan milik PT Suryabumi Agrolanggeng anak usaha Gozco Plantation Group.
Fasilitas itu, lanjutnya, diberikan dalam dua bagian senilai Rp212 miliar untuk tenor 4 tahun dan Rp388 miliar untuk jangka waktu 7 tahun.
Dirut Suryabumi Agrolanggeng Kreisna Gozali mengatakan dana itu akan digunakan untuk ekspansi usaha berupa peningkatan produksi dan pembangunan pabrik pengolahan berlokasi di Talang Ubi, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.
Menurut dia, kebutuhan sawit ke depan akan meningkat terutama dengan digunakannya sebagai bahan bakar alternatif sehingga diperlukan peningkatan produksi dan perluasan usaha serta didukung pembiayaan perbankan.
Gozco Plantation dalam grup usahanya memiliki areal konsesi lahan di Sumatra Selatan seluas 31.309 hektare, lalu di Sumatra Barat seluas 41.800 ha, di Kalimantan Selatan 19.734 ha dan di Kalimantan Barat 33.350 ha. Total luas lahan 126.000 ha dengan areal tertanam 27.000 ha yang dikelola melalui 12 anak usaha.
Di tempat terpisah, PT Bank CIMB Niaga Tbk telah mengucurkan pembiayaan di sektor agrobisnis saat ini senilai US$130 juta atau sekitar Rp1,3 triliun, dan berkomitmen untuk memperbesar pembiayaan di pasar komoditas dengan menggunakan sistem resi gudang.
Direktur Bisnis CIMB Niaga Handoyo Soebali mengutarakan potensi pasar kredit agrobisnis sangat besar, dan baru beberapa bank yang telah membiayai di antaranya CIMB Niaga yang telah masuk sejak 2008 untuk membiayai sejumlah komoditas seperti cokelat, kopi, kakao dan lada.
"Kami tidak membuat alokasi khusus untuk pembiayaan komoditas, tapi industri perkebunan ini merupakan sektor bisnis yang akan dikembangkan pada 2010 dengan potensi pertumbuhan yang cukup tinggi, dan sistemnya akan menggunakan resi gudang" jelasnya kemarin.
Handoyo mengutarakan sebagai langkah awal penerapan sistem resi gudang pihaknya berkomitmen untuk membiayai senilai US$2 juta untuk PT Aman Jaya, Lampung untuk komoditas lada.
Direktur Korporasi CIMB Niaga Catherine Hadiman menuturkan sebelumnya pembiayaan agrobisnis tidak menggunakan sistem resi gudang, karena komoditas yang dibiayai lebih luas dan tidak selalu mengacu pada delapan komoditas yang diatur undang-undang.
"Sekarang kami mulai masuk resi gudang karena risiko bisa diminimalisasi, keuntungan dari penjualannya jelas dan memiliki jaminan aset tetap yang berkekuatan hukum sehingga eksekusi bisa menjadi lebih mudah," kata dia.
Catherine menjelaskan selama ini kredit resi gudang sering terjadi pembiayaan ganda oleh beberapa bank sehingga tumpang-tindih. Namun, saat ini semuanya telah teregistrasi dengan baik. (fajar.sidik@bisnis. co.id/taher. saleh@bisnis.co.id)
Oleh Fajar Sidik & M Taher Saleh
Bisnis Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar