Laman

Senin, 04 Januari 2010

Pemupukan Urea Pada Padi Sawah Irigasi Dengan Bagan Warna Daun (BWD)

Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi


BWD adalah sejenis alat yang terdiri dari 6 skala warna mulai dari hijau kekuningan (skor 1) sampai hijau gelap (skor 6) yang secara tidak langsung mencerminkan kandungan klorofil daun dan status nitrogen pada tanaman.

1/3 bagian urea yang biasanya diberi- kan bersamaan pupuk dasar P dan K, tidak dilakukan bila produksinya >3 ton/ha. Bila produksinya <3 ton/ha diberi pupuk urea sebanyak 1/3 bagian bersamaan pemupukan SP36 dan KCl. Pemberian urea selanjutnya disesuaikan dengan analisa menggunakan bagan warna daun (BWD). Penentuan sampel pengamatan adalah 5 rumpun per petak secara acak yaitu 1 rumpun di tengah dan 4 rumpun di pojok. Pilih daun yang paling tinggi lalu bandingkan dengan pita warna pada BWD.


^






^














^














^






^

Catat skor warna dari lima helaian daun terpilih, lalu dirata-ratakan. Bila skor warna daun <3 untuk padi TABELA atau <4 untuk padi TAPIN, segera dipupuk urea. Pengukuran dilakukan tiap 7-10 hari dimulai sejak umur tanaman 14 hari. Pengukuran sebaiknya pagi hari, sewaktu pengukuran lindungi daun dari sinar matahari karena akan mempengaruhi pembacaan warna.

clip_image003

Hasil pengkajian:
Skor 1, EA = 23,67
Skor 2, EA = 28,14
Skor 3, EA = 27,00
Skor 4, EA = 32,69
Skor 5, EA = 24,63
BWD skor 4 menunjukkan Efisiensi Agronomi (EA) tertinggi, yaitu 32,69 kg gabah/1 kg N.

clip_image005
Sumber: BPTP Sumatera Utara
.
.

4 komentar:

H Maghfur R Purwanto mengatakan...

Beli-nya bagan warna kalau didaerah Jember atau surabaya dimana ?

Unknown mengatakan...

Untuk mendapatkan bagan warna daun, hubungi UPTD setempat, karena setahu saya tidak dijual dipasaran umum.

Nyach mengatakan...

Pemupukan urea mulai ditinggal sedikit demi sedikit oleh petani2 anggota oke MMS (organisasi dikampungku), sekarang sedang berusaha membuat fermentasi urin hewan.

Bagan warnanya saya tertarik mas.

omyosa mengatakan...

MARI..
“KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA”. .

"BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/NASA), AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH/TANAMAN (GLIO dan BVR), DENGAN POLA TANAM JAJAR GOROWO"

Teknologi pola tanam jajar gorowo

Kata “gorowo” diambil dari bahasa Jawa yaitu “lego”, “jero” dan “dowo”. Lego artinya luas/lebar, jero artinya dalam dan dowo artinya panjang. Teknologi jajar gorowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan dan diselang dengan parit/selokan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang akan memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Cara tanam padi pola tanam jajar gorowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo dan disempurnakan menjadi tanam jajar gorowo.

Media tanam dalam bentuk bedengan tidak digenangi air, tetapi tinggi air pada parit/selokan sama atau sedikit lebih rendah dari permukaan tanah bedengan. Bibit ditanam pada usia muda (6 – 10 hst) dan satu bibit untuk satu titik tanam.

Cara tanam pada pola tanam jajar gorowo bisa 4:1 atau 2:1. Pada pola tanam jajar gorowo 2:1, setiap dua bedengan terdapat lorong selebar 45 cm (10cm pinggir bedengan + 25cm parit gorowo + 10cm pinggir bedengan berikutnya), jarak tanam pada barisan masing-masing 18 cm s/d 20 cm, tetapi jarak tanam antar barisan berikutnya 40 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya bisa 2(dua) sampai 3 (tiga) kali lipat lebih tinggi dibandingkan produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam.

Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar gorowo 4:1 atau 2:1. Berdasarkan hasil penelitian terbukti meningkatkan produksi padi sebesar 18-22%.

Selamat mencoba dan terimakasih,
omyosa@gmail.com