Secara nasional, jagung juga merupakan target swasembada pangan karena merupakan bahan utama bagi industri pakan ternak.
Sampai saat ini masih dijumpai beberapa permasalahan yang dihadapi petani jagung dalam memenuhi target produksi nasional, yaitu antara lain :
- Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun hibrida masih terbatas.
- Di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak yang menggunakan jarak tanam yang tidak teratur
- Pemupukan pada umumnya belum didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman. Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuan keuangannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K.
TEKNOLOGI YANG DIANJURKAN
1. Varietas Unggul
Beberapa varietas unggul dapat digunakan sebagai alternatif. Untuk daerah-daerah tertentu yang lebih menyukai varietas lokal karena alasan rasa dan umur panen, varietas lokal masih dapat ditanam tetapi cara budidaya-nya harus diperbaiki.
Tabel 1. Varietas jagung bersari bebas dan hibrida unggul yang dilepas dalam kurun waktu 1980 - 1999
A. Varietas bersari bebas:
Varietas | Umur Panen (hari) | Potensi hasil (t/ha) | Tahun Pelepasan |
1. Arjuna | 90 | 4,3 | 1980 |
2. Wisanggemi | 90 | 6.0 | 1995 |
3. Bisma | 96 | 6.5 | 1995 |
97 | 6,5 | 1997 |
B. Varietas Hibrida
Varietas | Umur Panen (hari) | Potensi hasil (t/ha) | Tahun Pelepasan |
1. C-2 | 97 | 6,7 | 1989 |
2. C-3 | 95 | 6,4 | 1992 |
3. CPI-2 | 97 | 6,2 | 1992 |
4. Semar-3 | 98 | 6,4 | 1992 |
5. BISI-1 | 92 | 7,0 | 1995 |
6. BISI-1 | 103 | 8,9 | 1995 |
7. Semar-3 | 100-105 | 8,5 | 1996 |
8. Semar-6 | 96 | 9,0 | 1996 |
9. Semar-7 | 100 | 8,8 | 1996 |
10. Semar-8 | 100 | 8,8 | 1996 |
11. Semar-9 | 100 | 9,0 | 1996 |
12. Semar-4 | 90 | 8,5 | 1999 |
13. Semar-5 | 98 | 9,0 | 1999 |
14. Semar-6 | 98 | 9,0 | 1999 |
15. Semar-7 | 98 | 9,0 | 1999 |
16. Semar-8 | 94 | 9,0 | 1999 |
17. Semar-9 | 95 | 8,5 | 1999 |
2. Pengolahan Tanah
Pada tanah berat dengan struktur mantap pengolahan tanah dilakukan 2 kali, sedang untuk tanah ringan (porous) seperti tanah Alfisol, Regosol, Etisol, dan Oxixol, dapat dilakukan pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah sepanjang baris tanaman atau tanpa pengolahan tanah dan hanya dilakukan pendaringan (pengguludan) pada saat tanaman berumur sekitar 25 hari.
3. Cara Tanam
Cara tanam diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun mengikuti alur bajak. Populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman /lubang atau 75 cm x 20 cm,1 tanaman/lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm,2 tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik. Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang.
4. Pemupukan
Cara pemupukan ditugal ± 7 cm disekitar tanaman atau goretan (parit) yang dibuah disamping tanaman sepanjang barisan, setelah pupuk diberikan kemudian ditutup. Semua dosis SP-36 dan KCI dan 1/3 dosis urea diberikan saat tanam, 2/3 bagian urea diberikan pada umur 4 minggu. Apabila menggunakan urea tablet, pupuk diberikan pada umur tanaman 10 hari. Dosis pupuk disesuaikan dengan Brosur Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi Untuk Jagung yang dikeluarkan oleh Dinas Tanaman Pangan Setempat. Sebagai contoh acuan, untuk daerah Jawa Timur telah dikeluarkan rekomendasi seperti Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Dosis pupuk yang disarankan di tiap tingkat II Jawa Timur
No. Daerah Tingkat II | Dosis Pupuk (kg/ha) |
Urea | SP-36 | KCI | |
1. Kodya Surabaya | 300 | 100 | 50 |
2. Gresik | 300 | 100 | 100 |
3. Tuban | 300 | 100 | 100 |
4. Lamongan | 300 | 100 | 100 |
5. Sidoarjo | 300 | 100 | 50 |
6. Mojokerto | 250-300 | 100 | 50 |
7. Jombang | 250-300 | 100 | 100 |
8. Bojonegoro | 250 | 100 | 100 |
9. Madiun | 300 | 100 | 100 |
10. Magetan | 200-300 | 100 | 100 |
11. Ngawi | 200-300 | 100 | 100 |
12. Ponorogo | 300 | 100 | 50 |
13. Pacitan | 300 | 100 | 50 |
14. Kediri | 250-300 | 100 | 50 |
15. Nganjuk | 300 | 100 | 100 |
16. Blitar | 300 | 100 | 100 |
17. Tulungagung | 300 | 100 | 100 |
18. Trenggalel | 300 | 100 | 100 |
19. Malang | 200-300 | 100 | 50 |
20. Pasuruan | 300 | 100 | 100 |
21. Probolinggo | 250 | 100 | 100 |
22. Lumajang | 250-300 | 100 | 50 |
23. Bondowoso | 300 | 100 | 50 |
24. Situbondo | 300 | 100 | 50 |
25. Jember | 300 | 100 | 50 |
26. Banyuwangi | 300 | 100 | 50 |
27. Pamekasan | 250-300 | 100 | 50 |
28. Bangkalan | 200-250 | 100 | 50 |
29. Sampang | 200-250 | 100 | 50 |
30. Sumenep | 200-250 | 100 | 50 |
5. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali, penyiangan I pada umur 10-15 hari dan penyiangan ke II pada umur 25-28 hari bersamaan dengan dilakukannya pembumbunan dan pemupukan ke II. Pada daerah yang sulit tenaga kerja, gulma dapat dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra tumbuh seperti a.l : Goal, Saturn-D, Gramaxone, Command, Ronstar dll. Dengan dosis sesuai anjuran Coammad.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) yang komponen-nya terdiri dari penanaman varietas tahan pengelolaan kultur teknis yang tepat dan penggunaan pestisida. Pengendalian lalat bibit : dengan Karbofuran (misal : Furadan, Dharmafur, Regent dll). Karbofunen diberikan 4-5 butir bersamaan tanam ditempatkan dalam lubang tanaman. Pengendalian Penggerek Pucuk dengan Karbofuran ditempatkan pada titik tumbuh. Pengendalian penyakit Bulai dengan menggunakan varietas tahan dan perlakuan benih 5 gram Ridomil setiap 1 kg benih.
7. Panen
Panen dilakukan setelah biji pada tongkol masak yang ditandai dengan terbentuknya lapisan hitam pada lembaga dan tongkol telah menguning.
Sumber :
Rakitan Paket Teknologi untuk mendukung Program peningkatan produksi jagung di Jawa Timur SATPEL Bimas Propinsi Jawa Timur 1996
Penyusun
Ir. Gede N. Wirawan
Ir. Moh. Ismail Wahab.
Sumber Dana
Proyek Pembinaan Pembangunan Pertanian Terpadu di
Kabupaten/Dati II se Jawa Timur Th. 1999/2000
Diproduksi : IPPT Wonocolo
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar