Laman

Minggu, 24 Januari 2010

Teknologi Budidaya Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi yang pada umumnya ditanam pada awal musim kemarau atau musim tanam ke-2 atau ke-3. Di lahan kering, jagung juga merupakan tanaman penting karena 75% lahan kering di Jawa Timur maupun di daerah lainnya di Indonesia pada musim penghujan ditanami jagung, dan untuk lahan sawah dalam pola tanam padi-padi palawija atau padi palawija-palawija, jagung merupakan prioritas untuk tanaman palawija disamping kedelai.

Secara nasional, jagung juga merupakan target swasembada pangan karena merupakan bahan utama bagi industri pakan ternak.

Sampai saat ini masih dijumpai beberapa permasalahan yang dihadapi petani jagung dalam memenuhi target produksi nasional, yaitu antara lain :
  1. Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun hibrida masih terbatas.
  2. Di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak yang menggunakan jarak tanam yang tidak teratur
  3. Pemupukan pada umumnya belum didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman. Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuan keuangannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K.
Dengan penerapan teknologi usahatani spesifik lokasi, potensi usahatani jagung akan memberikan hasil yang cukup tinggi secara ekonomi.

TEKNOLOGI YANG DIANJURKAN

1. Varietas Unggul
Beberapa varietas unggul dapat digunakan sebagai alternatif. Untuk daerah-daerah tertentu yang lebih menyukai varietas lokal karena alasan rasa dan umur panen, varietas lokal masih dapat ditanam tetapi cara budidaya-nya harus diperbaiki.

Tabel 1. Varietas jagung bersari bebas dan hibrida unggul yang dilepas dalam kurun waktu 1980 - 1999
A. Varietas bersari bebas:
Varietas
Umur Panen (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Tahun Pelepasan
1. Arjuna
90
4,3
1980
2. Wisanggemi
90
6.0
1995
3. Bisma
96
6.5
1995

97
6,5
1997

B. Varietas Hibrida
Varietas
Umur Panen (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Tahun Pelepasan
1. C-2
97 
6,7
1989
2. C-3
95
6,4
1992
3. CPI-2
97
6,2
1992
4. Semar-3
98
6,4
1992
5. BISI-1
92
7,0
1995
6. BISI-1
103
8,9
1995
7. Semar-3
100-105
8,5
1996
8. Semar-6
96
9,0
1996
9. Semar-7
100
8,8
1996
10. Semar-8
100
8,8
1996
11. Semar-9
100
9,0
1996
12. Semar-4
90
8,5
1999
13. Semar-5
98
9,0
1999
14. Semar-6
98
9,0
1999
15. Semar-7
98
9,0
1999
16. Semar-8
94
9,0
1999
17. Semar-9
95
8,5
1999
Keterangan : Varietas-varietas tersebut tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun.

2. Pengolahan Tanah
Pada tanah berat dengan struktur mantap pengolahan tanah dilakukan 2 kali, sedang untuk tanah ringan (porous) seperti tanah Alfisol, Regosol, Etisol, dan Oxixol, dapat dilakukan pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah sepanjang baris tanaman atau tanpa pengolahan tanah dan hanya dilakukan pendaringan (pengguludan) pada saat tanaman berumur sekitar 25 hari.

3. Cara Tanam
Cara tanam diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun mengikuti alur bajak. Populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman /lubang atau 75 cm x 20 cm,1 tanaman/lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm,2 tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik. Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang.

4. Pemupukan
Cara pemupukan ditugal ± 7 cm disekitar tanaman atau goretan (parit) yang dibuah disamping tanaman sepanjang barisan, setelah pupuk diberikan kemudian ditutup. Semua dosis SP-36 dan KCI dan 1/3 dosis urea diberikan saat tanam, 2/3 bagian urea diberikan pada umur 4 minggu. Apabila menggunakan urea tablet, pupuk diberikan pada umur tanaman 10 hari. Dosis pupuk disesuaikan dengan Brosur Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi Untuk Jagung yang dikeluarkan oleh Dinas Tanaman Pangan Setempat. Sebagai contoh acuan, untuk daerah Jawa Timur telah dikeluarkan rekomendasi seperti Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Dosis pupuk yang disarankan di tiap tingkat II Jawa Timur
No. Daerah Tingkat II
Dosis Pupuk (kg/ha)

Urea
SP-36
KCI
1. Kodya Surabaya
300
100
50
2. Gresik
300
100
100
3. Tuban
300
100
100
4. Lamongan
300
100
100
5. Sidoarjo
300
100
50
6. Mojokerto
250-300
100
50
7. Jombang
250-300
100
100
8. Bojonegoro
250
100
100
9. Madiun
300
100
100
10. Magetan
200-300
100
100
11. Ngawi
200-300
100
100
12. Ponorogo
300
100
50
13. Pacitan
300
100
50
14. Kediri
250-300
100
50
15. Nganjuk
300
100
100
16. Blitar
300
100
100
17. Tulungagung
300
100
100
18. Trenggalel
300
100
100
19. Malang
200-300
100
50
20. Pasuruan
300
100
100
21. Probolinggo
250
100
100
22. Lumajang
250-300
100
50
23. Bondowoso
300
100
50
24. Situbondo
300
100
50
25. Jember
300
100
50
26. Banyuwangi
300
100
50
27. Pamekasan
250-300
100
50
28. Bangkalan
200-250
100
50
29. Sampang
200-250
100
50
30. Sumenep
200-250
100
50
Keterangan : Penambahan pupuk kandang 5 ton/ha sangat dianjurkan.

5. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali, penyiangan I pada umur 10-15 hari dan penyiangan ke II pada umur 25-28 hari bersamaan dengan dilakukannya pembumbunan dan pemupukan ke II. Pada daerah yang sulit tenaga kerja, gulma dapat dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra tumbuh seperti a.l : Goal, Saturn-D, Gramaxone, Command, Ronstar dll. Dengan dosis sesuai anjuran Coammad.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) yang komponen-nya terdiri dari penanaman varietas tahan pengelolaan kultur teknis yang tepat dan penggunaan pestisida. Pengendalian lalat bibit : dengan Karbofuran (misal : Furadan, Dharmafur, Regent dll). Karbofunen diberikan 4-5 butir bersamaan tanam ditempatkan dalam lubang tanaman. Pengendalian Penggerek Pucuk dengan Karbofuran ditempatkan pada titik tumbuh. Pengendalian penyakit Bulai dengan menggunakan varietas tahan dan perlakuan benih 5 gram Ridomil setiap 1 kg benih.

7. Panen
Panen dilakukan setelah biji pada tongkol masak yang ditandai dengan terbentuknya lapisan hitam pada lembaga dan tongkol telah menguning.


Sumber :
Rakitan Paket Teknologi untuk mendukung Program peningkatan produksi jagung di Jawa Timur SATPEL Bimas Propinsi Jawa Timur 1996
Penyusun
Ir. Gede N. Wirawan
Ir. Moh. Ismail Wahab.
Sumber Dana
Proyek Pembinaan Pembangunan Pertanian Terpadu di
Kabupaten/Dati II se Jawa Timur Th. 1999/2000
Diproduksi : IPPT Wonocolo
.
.

Tidak ada komentar: