Beberapa saat yang lalu, tepatnya pada tanggal 12-15 Oktober 2009, dalam rangka Peringantan Hari Pangan Sedunia XXIX tahun 2009 telah dilaksanakan Food Expo atau Festival Makanan bertempat di Lapangan Siwa Kompleks Candi Prambanan Yogyakarta. Penyelenggara expo ini adalah Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan (BKPP) Prov DIY selaku pelaksana teknis.
Festival yang mengambil tema ” Achieving Food Security in Times of Crisis” atau “Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional Mengantisipasi Krisis Global” ini dibuka langsung oleh Menteri Pertanian DR. Anton Apriyantono dengan dihadiri oleh kalangan pejabat tinggi, kepala daerah, tokoh masyarakat, dan juga para undangan dari negara sahabat.
Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ditentukan bertepatan dengan tanggal didirikannya FAO (Food and Agriculture Organization) yaitu tgl 16 Oktober. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat Internasional akan pentingnya penanganan masalah pangan. Peringatan HPS sekaligus juga untuk memperkokoh solidaritas antar bangsa dalam usaha dalam memberantas kekurangan pangan dan gizi yang masih dialami sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara2 berkembang.
Bagi kepentingan nasional, event ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan masalah pangan baik tingkat global, regional, dan nasional, serta meningkatkan apresiasi masyarakat dan membangun kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ketahanan pangan.
Hampir semua daerah propinsi di Indonesia mengirimkan delegasinya dalam pameran ini. Materi pameran menampilkan bahan makanan yang potensial dari daerah masing-masing dalam aneka ragam bentuk pengolahannya. Hasil laut seperti kepiting, udang, dan ikan dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, dan berbagai macam olahan jagung, singkong, sagu, dan umbi-umbian.
Seperti pameran lainnya, saat pembukaan banyak sekali pengunjung yang sebagian besar merupakan undangan. Hari kedua dan seterusnya, jumlah pengunjung tidak sebanyak hari pertama, tapi masih lumayan ramai. Hal yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah olahan makanan khas dari tiap daerah yang disajikan secara artistik di meja pameran. Kesannya jadi mewah malah, agak menyembunyikan ke-tradisionalannya. Bagi kita orang Indonesia, walaupun tampak menarik, jenis makanan yang ditampilkan merupakan makanan olehan yang mudah didapatkan, kecuali beberapa yang memang belum menasional. Beberapa delegasi malah menampilkan jenis olahan yang berkesan eropa walaupun mungkin bahan dasarnya merupakan bahan spesifik lokal.
Apa hubungannya expo seperti ini dengan ketahanan pangan ? Apa ini hanya sekedar eksibisi, biar dilihat dunia internasional bahwa Indonesia sangat memperhatikan masalah ketahanan pangan, agar aliran utang proyek pertanian bisa lebih lancar ? Saya kira masalahnya bukan seperti itu. Memang bahwa expo-expo yang sering diadakan lebih berkesan pada hanya sekedar festival. Tiap delegasi daerah saling "menyombongkan diri" bahwa daerahnya telah sukses mengembangkan suatu produk yang unik dan bernilai. Tapi seringkali mereka juga lupa bahwa ajang seperti ini tujuan utamanya adalah promosi. Lihatlah kenyataan teman-teman kita yang pulang dari luar negeri. Mereka sering bawa oleh-oleh berupa makanan atau panganan khas dari negara yang dikunjungi atau lihatlah KFC yang sukses memasarkan "ayam goreng" ke seluruh dunia.
Promosi ? Tentu saja ! Buat apa mengeluarkan dana yang tidak sedikit bila tujuan promosi tidak dapat dicapai ? Masalahnya ? Peserta sering lupa atau sengaja tidak mengindahkan bahwa promosi harus didukung dengan kapasitas yang kuat dan memadai, mempersiapkan diri bila pesanan disodorkan padanya. Seringkali event seperti ini menghasilkan transaksi yang tidak sedikit, termasuk yang yerjadi dalam Food Expo kali ini. Tapi seringkali juga bahwa transaksi tersebut tidak dapat dilaksanakan paska Expo. Kenapa ? Ternyata delegasi yang mewakili produsen tidak dapat memenuhi quota pesanan yang diminta !! CELAKA !
Akhirnya event yang dibiayai dengan dana masyarakat yang tidak sedikit ini menjadi sia-sia. Jadi, apa yang masih bisa dihasilkan ? Paling tidak masyarakat umum terutama golongan pengusaha mendapatkan ide dalam pengembangan industri makanan di negeri ini. Itupun tergantung sebesar apa pengusaha kita mau terjun kedalam industri makanan yang dipamerkan tersebut.
Mudah-mudahan Expo kita kali ini bukanlah pesta rakyat. Kita Tunggu Expo sejenis tahun depan (di Bali?).
Narasumber :
Endang Wahyuningsih.
Promosi ? Tentu saja ! Buat apa mengeluarkan dana yang tidak sedikit bila tujuan promosi tidak dapat dicapai ? Masalahnya ? Peserta sering lupa atau sengaja tidak mengindahkan bahwa promosi harus didukung dengan kapasitas yang kuat dan memadai, mempersiapkan diri bila pesanan disodorkan padanya. Seringkali event seperti ini menghasilkan transaksi yang tidak sedikit, termasuk yang yerjadi dalam Food Expo kali ini. Tapi seringkali juga bahwa transaksi tersebut tidak dapat dilaksanakan paska Expo. Kenapa ? Ternyata delegasi yang mewakili produsen tidak dapat memenuhi quota pesanan yang diminta !! CELAKA !
Akhirnya event yang dibiayai dengan dana masyarakat yang tidak sedikit ini menjadi sia-sia. Jadi, apa yang masih bisa dihasilkan ? Paling tidak masyarakat umum terutama golongan pengusaha mendapatkan ide dalam pengembangan industri makanan di negeri ini. Itupun tergantung sebesar apa pengusaha kita mau terjun kedalam industri makanan yang dipamerkan tersebut.
Mudah-mudahan Expo kita kali ini bukanlah pesta rakyat. Kita Tunggu Expo sejenis tahun depan (di Bali?).
Narasumber :
Endang Wahyuningsih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar