Laman

Senin, 30 November 2009

TRANSGENIK YANG MASIH KONTROVERSIAL

Produk pertanian transgenik sampai sekarang masih menjadi polemik karena penelitian mendalam mengenai dampaknya secara menyeluruh belum mendapatkan kesimpulan yang pasti dan terekomendasi oleh badan yang berwenang. Sementara itu, produk pertanian transgenik terus berkembang dengan label aman konsumsi.

Berikut pendapat ahli transgenik yang dilaporkan dalam tempointeraktif.com :

Kamis, 20 Agustus 2009 | 09:28 WIB

Menurut Kepala Bidang Penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Ilyani S. Andang, sebagian besar produk kedelai yang diimpor Indonesia adalah produk transgenik. Ilyani mencatat bahwa 60 persen perdagangan pangan transgenik di dunia saat ini didominasi komoditas kedelai, sedangkan produk seperti jagung dan kapas secara berurutan sebesar 23 persen dan 11 persen. "Keamanan produk transgenik masih dipertanyakan," ujarnya saat menyajikan presentasi dalam Diskusi Polemik Transgenik di Sekretariat Lembaga Swadaya Masyarakat Satu Dunia, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Lalu apa itu produk transgenik? Ketua Program Studi S2 Bioteknologi Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr Ir Dwi Andreas Santosa menjelaskan, produk transgenik adalah produk yang berasal dari organisme hasil rekayasa genetik. Produk tersebut bisa berupa pangan yang berasal dari tanaman transgenik atau enzim yang berasal dari mikroba transgenik.

Kemudian organisme transgenik adalah organisme yang telah disisipi gen yang berasal dari organisme lain. Misalnya tanaman kedelai Bt transgenik, yaitu tanaman kedelai yang melalui proses rekayasa genetik yang memiliki gen penghasil pestisida dari bakteri Bacillus thuringiensis. Menurut Andreas, dari hasil kajiannya pada 2001-2009, semua tempe dan tahu serta sebagian besar susu kedelai adalah produk transgenik.

Soal keamanannya, pria pembuat tebu transgenik PS-IPB 1 ini menyatakan masyarakat tidak perlu risau. Setiap produk transgenik, sebelum ditanam dalam skala komersial, seperti di Amerika, sudah lolos uji keamanan pangan. Artinya, produk tersebut aman untuk dikonsumsi manusia. Sepanjang yang dia tahu, seluruh produk transgenik yang dikonsumsi masyarakat sudah melalui proses uji keamanan pangan di negara produsennya. "Meski belum tahu juga jika dikonsumsi dalam jangka panjang dan dalam jumlah banyak, " ujarnya dalam kesempatan terpisah.

Ilyani mengungkapkan, sebuah studi di Inggris menemukan bahwa pangan transgenik itu ternyata bisa menyebabkan manusia menjadi alergi. Dalam makalahnya, dia melihat produk transgenik juga bisa menyebabkan transfer penanda antibiotik dan efek potensial lain pada manusia yang tidak diketahui. Malah, dari beberapa literatur yang dia dapat, tercatat produk transgenik mengakibatkan kanker dan kematian pada tikus percobaan. "Belum lagi dampaknya pada lingkungan," perempuan berjilbab ini menjelaskan.

Masalah lain, produk transgenik belum pernah diuji keamanannya dan tidak diberi label oleh otoritas pengawas makanan di Indonesia. Karena itu, alumnus teknologi lingkungan Institut Teknologi Bandung ini mengimbau masyarakat memilih produk kedelai dalam negeri saja, dengan menilik banyaknya negara Eropa yang menolak hasil budidaya pangan transgenik. "Negara di Eropa dan Jepang telah memberi label produk transgenik," tutur Ilyani.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), seperti dikatakan Kepala Subdirektorat Pengawasan Penandaan dan Promosi Produk Terapeutik dan Produk Kesehatan Rumah Tangga BPOM Tuning Nina, belum memutuskan untuk berbuat apa pun. Pada intinya, menurut dia, sampai kini status keamanan produk tersebut belum jelas alias masih labil. "Ada pengkajiannya, namun sampai sejauh apa dan bagaimana, saya belum tahu. Tanyakan saja kepada yang menangani di BPOM," katanya.

Sesungguhnya badan tertinggi di Indonesia yang mengawasi dan mengatur tentang produk transgenik adalah Komisi Keamanan Hayati yang dibentuk oleh negara. Sayangnya, komisi tersebut hingga kini (usianya telah mencapai tiga tahun) belum juga disahkan presiden. Di dunia, ada dua lembaga internasional yang mengatur secara umum mengenai produk transgenik ini, yaitu World Health Organization dan Food and Agriculture Organization. Menurut Andreas, yang banyak mendalami isu-isu mengenai pangan transgenik, kedua lembaga internasional tersebut menganut konsep substantial equivalent. Artinya, pengujian dan pengaturan diserahkan kepada negara produsen masing-masing yang sesuai dengan standar ilmiah yang sudah disepakati.

Lebih dalam, temuan Yayasan Satu Dunia mencatat, pada 2000 sebanyak 90 organisasi masyarakat menggugat Badan Pangan dan Obat (FDA) Amerika Serikat karena badan itu menyembunyikan dokumen tentang efek samping serta kematian yang berkaitan dengan penggunaan hewan transgenik. Malah, menurut Firdaus Cahyadi, aktivis Yayasan Satu Dunia, ada upaya penghalusan istilah kata untuk mengganti istilah rekayasa genetik menjadi modifikasi. Sebab, istilah rekayasa terdengar kurang ramah dan menakutkan.

Di negara lain, seperti Austria, 1,2 juta orang mewakili 20 persen pemilih menandatangani petisi untuk melarang peredaran pangan hasil rekayasa genetik. Sementara itu, di Jerman, sebanyak 95 persen konsumen menolak makanan transgenik. Lantas bagaimana dengan Indonesia? 

Sederet Kontroversi Produk Transgenik

  1. Dampak terhadap kesehatan manusia: alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial yang tidak diketahui.
  2. Dampak pada lingkungan: transfer gen yang tidak dikehendaki, penyerbukan silang, efek pada mikroba tanah, serta penyusutan keanekaragaman hayati flora dan fauna.
  3. Pelanggaran nilai intrinsik organisme alami.
  4. Melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.
  5. Dominasi produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan.
Sumber: Kepala Bidang Penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Ilyani S. Andang.
HERU TRIYONO

Sementara itu, Prof Dr Ali Khomsan Dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB memberikan opini ilmiahnya sebagai berikut : 

Dampak Gizi dan Kesehatan pada Pangan Transgenik

Selama beberapa abad, variasi konsumsi pangan manusia terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan teknologi. Pemuliaan tanaman dengan cara tradisional, teknik mutasi, dan rekombinan DNA telah dilakukan untuk meningkatkan mutu gizi dan menghasilkan sifat-sifat tanaman tertentu yang dikehendaki. Tiga puluh tahun yang lalu, cara pemuliaan telah dipraktikkan untuk menghilangkan kandungan asam lemak yang tak diinginkan, yaitu erucic acid pada tanaman canola. Akhirnya, diperoleh minyak canola yang mempunyai profil asam lemak yang lebih baik.
Semakin meningkatnya gairah untuk menghasilkan pangan fungsional yang berguna untuk kesehatan akan semakin mendorong perkembangan teknologi rekayasa genetik. Modifikasi genetik pada tanaman kini sudah mengarah pada tanaman-tanaman pangan. Perubahan karakteristik gizi tanaman yang mungkin terjadi akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, kini telah dapat dihasilkan kentang yang mengandung kadar pati lebih tinggi, mempunyai kemampuan menyerap lemak yang lebih rendah, dan tekstur yang baik. Di masa-masa mendatang mungkin akan semakin banyak bermunculan pangan rekayasa genetika yang memang diciptakan untuk membantu mengatasi sebagian masalah kesehatan masyarakat.
Varietas padi yang telah mengalami modifikasi genetik akan menghasilkan beras yang mengandung beta-karoten. Defisiensi vitamin A di negara-negara sedang berkembang masih menjadi masalah gizi utama. Oleh sebab itu, dikembangkannya beras kaya beta-karoten akan mempercepat pemulihan kondisi kurang gizi yang diderita masyarakat. Kedelai sebagai bahan baku minyak goreng direkayasa sehingga kandungan lemak jenuhnya menjadi lebih rendah dan meningkat kandungan lemak tak jenuhnya, terutama asam lemak oleat. Karakteristik gizi yang lebih baik ini akan bermanfaat untuk menangkal risiko kolesterol tinggi atau penyakit jantung koroner. Jadi, dalam hal ini peran kedelai sebagai bahan baku pangan fungsional semakin meningkat.
Upaya menghasilkan beras transgenik yang rendah glutelin ternyata pada saat bersamaan memunculkan karateristik lain, yaitu meningkatnya kandungan prolamin. Rendahnya glutelin berdampak positip pada protein yang tersimpan pada beras (rice protein storage). Namun, meningkatnya prolamin akan mengakibatkan perubahan kualitas gizi dan bahaya alergi bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
Tampaknya, jalan yang harus ditempuh oleh pangan transgenik untuk sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat masih relatif panjang. Upaya untuk memperbaiki mutu gizi pangan melalui modifikasi genetik seyogianya harus meminimumkan kemungkinan munculnya zat gizi/nongizi lain yang tidak dikehendaki. Kalau saat ini telah dapat dihasilkan kedelai kaya lysine (salah satu asam amino esensial), maka ternyata dampak ikutannya adalah kadar lemak kedelai menjadi turun. Hal ini jelas tidak dikehendaki, apabila maksud dikembangkannya tanaman kedelai adalah sebagai bahan baku minyak goreng. Demikian pula beras kaya beta-karoten, menghasilkan karakteristik ikutan berupa meningkatnya xantophyll.
Perubahan komposisi gizi ini hendaknya diperhatikan oleh negara-negara yang akan mengizinkan masuknya pangan transgenik. Diperlukan kesiapan perangkat lunak dan perangkat keras untuk menguji keamanan pangan dan dampak kesehatan yang mungkin muncul akibat membanjirnya pangan rekayasa genetika di masa-masa yang akan datang.
Untuk mengetahui perubahan karateristik kimiawi yang terjadi pada pangan transgenik diperlukan alat deteksi gizi yang canggih. Pada kasus beras rendah glutelin, meningkatnya kadar prolamin yang tidak dikehendaki sulit dideteksi dengan analisis gizi biasa, seperti yang digunakan untuk mengetahui kandungan protein total dan profil asam amino.
Prolamin baru akan kelihatan bila dianalisis dengan SDS gel electrophoresis. Sementara, munculnya xantophyll pada beras kaya beta-karoten bisa dideteksi dengan analisis HPLC. Jadi, penting untuk diperhatikan bahwa analisis gizi yang tepat diperlukan untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang tidak diharapkan pada pangan transgenik.
Dengan menyadari kemungkinan berubahnya susunan gizi pada pangan transgenik, maka hal ini akan berdampak pada status gizi dan kesehatan masyarakat. Dampak yang pertama, terkait dengan terjadinya perubahan zat gizi yang dikehendaki pada pangan rekayasa genetika. Yang kedua, berhubungan dengan masalah munculnya/meningkatnya komponen kimiawi lain yang tidak dikehendaki sebagai akibat ikutan dilakukannya modifikasi genetik. Untuk itu diperlukan ahli toksikologi dan ahli gizi untuk mengevaluasi potensi gangguan kesehatan yang mungkin muncul apabila seseorang mengonsumsi pangan transgenik.
Mungkin sekali bahwa perubahan kadar gizi ini bukan hanya akibat proses rekayasa genetik, tetapi juga akibat proses pemuliaan tanaman secara konvensional, seperti ketika kita menghasilkan semangka tanpa biji. Pada intinya, kemajuan teknologi mungkin tidak bisa dihambat, namun yang lebih penting dan lebih bijaksana adalah pemanfaatan teknologi tinggi ini jangan sampai membahayakan masyarakat.
Konsumen perlu menyadari bahwa pangan transgenik, yang mempunyai kandungan gizi berbeda dengan pangan nontransgenik, akan ikut menentukan status gizi seseorang. Dengan rekayasa genetik dapat dihasilkan kedelai dengan kandungan asam lemak oleat 80-90 persen. Selama ini kita mengenal sumber oleat yang tinggi adalah zaitun (70%). Selanjutnya, kedelai menjadi bahan baku pangan sehari-hari, misalnya untuk industri minyak goreng, tahu, dan tempe. Hal ini memunculkan pertanyaan, adakah kemungkinan masyarakat konsumen kedelai akan mengonsumsi gizi oleat secara berlebihan? Mungkin sekali pola makan masyarakat tidak berubah, namun dengan dikenalkannya produk pangan transgenik, maka komposisi gizi yang masuk ke dalam tubuhnya sudah berubah.
Mengingat teknologi modifikasi genetik masih relatif baru, maka hasil-hasil temuannya memunculkan pro-kontra di mana-mana. Pendukung dan penentangnya mungkin sama banyaknya. Yang penting adalah bahwa riset-riset harus tetap diteruskan agar hasil teknologi baru ini bisa bermanfaat bagi umat manusia. Meningkatnya kandungan gizi pada produk transgenik tidak begitu saja dapat dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan. Ada pertanyaan yang masih harus dijawab menyangkut bagaimana bioavalibilitas zat gizi pada pangan transgenik. Apakah zat gizi tersebut tetap stabil seiring dengan berjalannya waktu akibat penyimpanan dan pemrosesan?
Dampak kesehatan berupa munculnya alergi sering disinggung dalam pembahasan pangan transgenik. Dalam kasus tanaman kedelai yang tahan glyphosate (herbisida), maka sebenarnya yang dilakukan adalah memasukkan protein baru (atau enzim). Datangnya protein baru ini berpotensi untuk menyebabkan alergi. Pernah dilakukan penelitian untuk membandingkan respons alergi pada konsumen pangan yang dibiakkan secara tradisional dan pangan transgenik. Hasilnya menunjukkan bahwa pangan transgenik mengakibatkan insiden alergi yang lebih tinggi.
Mereka yang membela pengembangan pangan transgenik tidak kalah banyak jumlahnya. Pernyataan mereka juga mempunyai landasan ilmiah. Dikatakan bahwa kita setiap hari terekspos dengan DNA (pembawa sifat pada gen) asing yang berasal dari makanan yang kita konsumsi, dan dari mikroorganisme di sekitar lingkungan kita. DNA bukanlah substansi kimiawi yang bersifat racun.
Kekhawatiran bahwa DNA dari pangan transgenik akan masuk ke dalam sel manusia, mungkin terjadi dan mungkin juga tidak. Hal ini dilandasi oleh pakta bahwa saluran cerna manusia merupakan sistem yang efisien. DNA yang masuk ke saluran cerna segera dipecah-pecah sehingga menjadi bagian yang sangat kecil dan sulit untuk difungsikan kembali. Dengan demikian, DNA diperkirakan tidak akan masuk ke dalam sel manusia, meski pecahan-pecahan DNA tadi mungkin diserap oleh bakteri di saluran cerna. Tikus percobaan yang diberi DNA bebas (diperoleh dari bacteriophages) memang menyebabkan terjadinya transfer DNA pada sel tikus. Akan tetapi, apabila DNA tersebut berasal dari makanan, tampaknya belum ada bukti yang cukup yang menyatakan terjadinya transfer DNA.
Deteksi bahwa pangan transgenik akan menyebabkan penyakit kronis (kanker, hipertensi, penyakit jantung koroner) perlu dilakukan untuk menjamin bahwa konsumen tidak semakin menghadapi risiko kesehatan yang tidak diinginkan. Pendukung pangan transgenik mempunyai alasan bahwa transfer gen dari produk pangan transgenik ke sel manusia adalah sulit, maka kemungkinan pangan transgenik ini menjadi penyebab penyakit kronis adalah kecil.
Publikasi FAO/WHO (2000), antara lain menyimpulkan bahwa masalah yang mungkin muncul dari dampak jangka panjang konsumsi pangan yang dimodifikasi gennya, masih sangat sedikit diketahui. Oleh sebab itu, tepat kiranya kalau pemerintah harus bersiap diri merumuskan kebijakan yang tidak sekadar melarang atau membolehkan masuknya pangan transgenik. Diperlukan pula alasan-alasan ilmiah yang valid yang melandasi dikeluarkannya suatu kebijakan menyangkut pangan transgenik ini.
Di lain pihak, industri yang berkecimpung dalam teknologi rekayasa genetik juga dituntut kejujurannya serta tanggung jawab moral yang tinggi untuk menghasilkan pangan yang aman bagi masyarakat.
Desain riset untuk membuktikan keamanan pangan produk transgenik harus dirancang secara baik, dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah sebagai ajang pertukaran informasi ilmiah dengan ilmuwan lain yang mungkin mempunyai pandangan berbeda. Sosialisasi melalui media massa juga diperlukan agar semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa hasil teknologi modifikasi genetik kini sudah ada di sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu cara untuk membangun critical mass sehingga masyarakat konsumen dan produsen pangan transgenik mempunyai posisi tawar yang sederajat.

Selasa, 24 November 2009

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Bonggol Pisang

Anda punya pohon pisang di pekarangan atau kebun belakang rumah ? Setalah dipanen buahnya biasanya bonggol pisang tersebut dibiarkan membusuk kan ? Bonggol pisang masih bisa dimanfaatkan untuk membuat microorganisme yang nantinya akan menyuburkan lahan pekarangan atau kebun anda, bahkan membantu menyuburkan tanaman hias di pelkarangan rumah. Inilah cara pembuatannya.

Bahan:
  • Bonggol Pisang 5 kg
  • Gula merah 1 kg
  • Air beras 10 lt
Cara Pembuatan:
  • Bonggol pisang ditumbuk/dihaluskan, kemudian dimasukan bersama air beras
  • Masukan gula merah sambil diaduk rata
  • Simpan ditempat drum/tong plastik
Biarkan selama 15 hari

Cara Penggunaan:
  • Pengomposan; dapat digunakan sebagai dekomposer dengan konsentrasi 1 : 5 (artinya 1 liter cairan MOC dicampur dengan 5 liter air tawar), tambahkan gula merah 1 ons dan aduk hingga rata, siramkan pada saat proses pembuatan kompos
  • Penggunaan pada tanaman; semprotkan pada berbagai jenis tanaman dengan konsentrasi 400 cc cairan MOC dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40
  • Semprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari. 

Lihat pula :


 

Minggu, 22 November 2009

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Limbah Buah-buahan


Bahan:
  • Limbah buah-buan yang tidak termakan: Jeruk, Tomat, Pepaya Mangga, Pisang, Apel, Salak dll sebanyak 10 Kg,
  • Gula 1Kg,
  • 10 liter air kelapa.

Cara Pembuatan:
  • Buah-buahan sebanyak 10 Kg ditumbuk/dihaluskan,
  • Masukan pada drum/tong
  • Campurkan dengan air kelapa,
  • Tambahkan gula merah yang telah dicairkan
  • Tutup dengan plastik beri lubang udara dengan cara masukan slang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah berisi air.
  • Biarkan selama 10- 15 hari.
Penggunaan:
  1. Pengomposan: Campur cairan MOC dan air dengan perbandingan 1 : 5 liter, tambahkan gula 1 ons, siramkan pada Bahan Organik yang mau dikomposkan.
  2. Penggunaan pada tanaman padi. Semprotkan pada konsentrasi larutan 400 cc cairan MOC dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter, semprotkan pada umur tanaman akhir vegetatif (kurang lebih umur 55 Hari- 60 hari). 
Lihat pula :

Mikro Organisme Cair Sederhana

Pembuatan Mikroorganisme Cair (MOC) dari Limbah Sayuran.

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Keong Mas

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Rebung Bambu


 

 

Sabtu, 21 November 2009

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Rebung Bambu


Bahan:
  • 2 buah rebung bambu kurang lebih 3 Kg,
  • Air beras 5 liter,
  • 1 buah Maja (Labu Kaye/Aceh) yang sudah matang, jika tidak ada buah Maja bisa diganti dengan gula merah 1,5 ons.

Cara membuat:
  • Rebung Bambu di tumbuk halus atau diiris-iris, masukan pada ember/tong plastik,
  • Campurkan dengan buah Maja yang sudah dihaluskan,
  • Tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan diaduk
  • Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter.
  • Biarkan selama 15 hari
Cara Penggunaan:
  1. Pengomposan: dapat digunakan sebagai dekomposer dengan konsentrasi: 1 : 5 (1 liter cairan MOC ditambah dengan 5 liter air tawar), tambahkan gula merah 1 ons dan aduk hingga rata, disiramkan pada saat proses pembuatan kompos.
  2. Penggunaan pada tanaman: penyemprotan dilakukan pada pagi/sore hari dengan konsentrasi 400 cc cairan MOC dicampur dengan 14 liter air tawar pada umur 10 hari, 20 hari 30 dan 40 hari setelah tanam. Sebagai zat perangsang pertumbuhan tanaman

Lihat pula :

Mikro Organisme Cair Sederhana

Pembuatan Mikroorganisme Cair (MOC) dari Limbah Sayuran.

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Keong Mas

 

 

Kamis, 19 November 2009

Pembuatan Microorganisme Cair (MOC) dari Keong Mas


Bahan:
  • 5 Kg Keong Mas yang masih hidup/segar,
  • 2 Buah Maja matang (jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter, atau gula merah 1kg)
  • Air kelapa 10 liter.
Cara membuat:
  • Keong mas ditumbuk hingga halus masukan pada tong plastk
  • Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula yang lebih dulu dihaluskan/cairan tebu
  • Tambahkan 10 liter air kelapa dan aduk hingga rata.
  • Tutup rapat dengan plastik dan berikan slang palstik sambungkan pada botol yang telah berisi air maksimal 3/4 nya (bisa menggunakan botol aqua yang besar).
  • Biarkan/simpan selama 15 hari
Cara Penggunaan:
  1. Pengomposan, dengan konsentrasi 1 : 5 (1 liter cairan MOC ditambah dengan 5 liter air tawar), tambahkan 1 ons gula merah, aduk rata dan siramkan pada bahan organik yang mau dikomposkan.
  2. Penggunaan pada tanaman dapat disemprotkan pada berbagai tanaman dengan konsentrasi 400 cc cairan MOC dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi sejak fase vegetatif hingga generatif (umur 10, 20, 30, 40 atau pada fase masak susu) MOC keong mas ini dapat dicampur dengan MOC lainnya. Disemprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari (terik Matahari). 

Lihat pula :

Pembuatan Mikroorganisme Cair (MOC) dari Limbah Sayuran.

Peralatan :
  • Drum plastik ukuran 200 liter
  • Plastik transparan 1 m2
Bahan :
  • 100 Kg Limbah Sayuran Hijauan (Kol, Cesin, Vetsay, Mentimun, Bayam, Kangkung dll),
  • Garam 5 % dari berat bahan ( ~5 Kg),
  • Gula merah 2 % dari cairan setelah diproses selama 24 hari.
Cara pembuatan :
  1. Limbah sayuran hijauan diiris-iris hingga menjadi potongan-potongan kecil dan masukan kedalam drum plastik, setiap lapisan setebal 20 cm taburkan garam sampai rata, lanjutkan dengan berlapis-lapis seperti diatas sampai kedua bahan habis.
  2. Tambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter,
  3. Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak plastik cekung terisi air.
  4. Setelah 3-4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan, baunya segar dan jika diukur PH nya 3- 5 .
  5. Tambahkan gula sebanyak 2 ons dan diaduk hingga rata.
Cara penggunaan : 
  1. Pengomposan, yaitu digunakan untuk mempercepat penghancuran Bahan Organik, dengan cara campurkan 1 liter cairan ditambah 10 liter air tawar tambahkan gula 2 0ns dan cairan siap di siramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan.
  2. Penyemprotan pada tanaman, yaitu dengan cara campurkan 400 cc cairan MOC dengan 14 liter air tawar (1 tangki semprotan) dan diaduk rata, semprotkan pada pagi atau sore hari (hindari sengatan cahaya matahari pada siang hari) pada berbagai jenis tanaman, jika tanaman padi disemprotkan pada umur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam
Catatan :
  • Penggunaan pada tanaman lain pada prinsipnya sama karena bahan mikroorganisme cair ini berfungsi sebagai dekomposer dan stimulator bahan organik pada media tanam. Efek langsung pada tanaman adalah fungsinya sebagai zat pengautr tumbuhan sebagai hasil proses biokimia fermentasi bahan.
  • Pembuatan dapat dilakukan pada skala kecil untuk keperluan rumahtangga, seperti apotek hidup, sayuran pekarangan, ataupun tanaman hias. Dalam hal ini, perbandingan volume bahan seperti yang dijelaskan diatas.
  • Untuk jenis tanaman yang peka seperti sayuran dan tanaman hias, sebaiknya dicoba pada kosentrasi larutan yang lebih encer untuk menghindari proses plasmolisis jaringan daun. Apabila terjadi gejala kekeringan pad ujung daun, konsentrasi larutan dapat lebih diencerkan.







Lihat artikel sebelumnya :

Mikro Organisme Cair Sederhana

Rabu, 18 November 2009

Khutbah Jumat Mentan Jadilah yang Terbaik dalam Posisi Apa pun

JAKARTA – Sesungguhnya semua manusia sama di mata Allah. Posisi yang berbeda-beda hanyalah pembagian peran dalam rangka ibadah menyambut seruan Allah. ‘’Siapa pun, di posisi mana pun punya peluang yang sama menjadi yang terbaik di mata Allah. Marilah kita berlumba menggapai positi terbaik itu,’’ kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta kemarin.
Berbicara sebagai khotib dalam Shalat Jum’at di Masjid Nurul Iman Deptan, Mentan mengutip firman Allah dalam surat An Anfal  ayat 24: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” 
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa hakikat hidup yang sebenarnya adalah hidup dalam rangka memenuhi serua Allah dan Rasul-Nya. Eksistensi seseorang tergantung pada sejauhmana dia bisa memenuhui seruan dan perintah Allah dan Rasulnya. Jadi martabat dan kemulian seseorang tidak dilihat dari posisinya sebagai apa. Tapi dari ketaatannya terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ketaatan atau ketaqwaan menjandi ukuran tinggi rendahnya martabat dan kemuliaan seseorang di mata Allah. Ini juga ditegaskan Allah dalam Al Qur’an:
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49:13)
Dalam kehidupan, lanjut Mentan, setiap orang dalam posisi masing-masing akan selalu dihadapkan pada ujian. Ujian itu sendiri bisa berupa musibah yang pahit, bisa pula berupa ujian kenikmatan yang menyenangkan. ‘’Saat diuji dengan musibah, kita diminta sabar menghadapinya. Sebaliknya, ketika diuji dengan kenikmatan atau kesenan gan, kita harus pandai bersyukur.’’
Mentan Suswono menjelaskan bahwa biasanya orang cukup sabar ketika mendapat musibah. Tapi banyak orang justru tidak lulus menghadapi ujian kesenangan. Ketika diberi kesenangan banyak orang lupa diri, seolah itu hasil dari prestasi dirinya semata. Tak sedikit juga yang berlaku congkak memandang rendah orang. Padahal sesungguhnya itu semua adalah rahmat dan anugrah dari Allah. 
Karena itu, Mentan mengajak hadirin untuk hati-hati dalam menghadapi ujian kesenangan. ‘’Kita mesti pandai bersyukur. Allah berjanji dalam surat Ibrahim jika kita berseyukur Allah akan menambah kenikmatan dengan berlipat. Sebaliknya jika kita kufur nikmat, azab Allah sudah menanti.’’
Usai sholat jumat bersama segenap karyawan lingkungan deptan dan masyarakat sekitarnya, Mentan makan siang bersama dengan para wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Pertanian (Forwatan). Sambil makan, Mentan beramahtamah dan berkenalan dengan para wartawan. Suasana cair dan penuh kehangatan pun terasa siang itu di ruang serbaguna Gedung A Deptan Jakarta.
Sumber : Berita Pertanian Online - Deptan 14-Nov-2009, 10:37:31

Senin, 16 November 2009

Mikro Organisme Cair Sederhana

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga renik. Fungi (jamur), terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis.

Pemanfaatan mikroorganisme sebagai bahan stimulan bagi pemanfaatan unsur hara tanaman saat ini telah berkembang dengan pesat. Produk mikroorganisme yang telah beredar di pasaran sudah banyak dijumpai di toko-toko pertanian dengan berbagai merek. Sebenarnya apa peran mikroorganisme dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman ?

Mikroorganisme berfungsi sebagai pengurai dari bahan-bahan organik yang berada dalam tanah sehingga berubah menjadi zat hara (Nitrogen, Phosfat, Kalium, dan unsur hara makro dan mikro lainya) yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman. Unsur hara yang dihasilkannya sangat tergantung pada bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut. Selain itu, beberapa mikroorganisme dalam melakukan proses penguraian dapat menghasilkan hormon tumbuhan  yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman sebagai zat pengatur tumbuhan. Jadi, tidaklah benar kalau mikroorganisme kadang disebut juga pupuk organik atau bahkan hormon pertumbuhan tanaman seperti sering kita baca dalam brosur-brosur iklan.

Bagaimana caranya membuat atau lebih tepatnya mengembangbiakkan mikroorganisme? Sebenarnya tidaklah sesulit seperti yang kita baca mengenai teori mikroorganisme itu sendiri. Pada prinsipnya, mikroorganisme tertentu hanya dapat berkembangbiak dengan baik dalam media tertentu dan kondisi tertentu pula. Jadi, jenis mikroorganisme tergantung dimana dia tumbuh dan berkembang, sedangkan jenis lainnya yang mungkin ikut berkembang dalam media tersebut akan "tersaingi" sehingga tidak berkembang atau mati. Dengan demikian, mikroorganisme dapat dibuat secara sederhana melalui proses fermentasi biasa. Hanya saja, tanpa penyelidikan laboratorium, kita tidak tahu persis jenis mikroorganisme apa yang berkembang dalam media tertentu. Oleh karena itu, mengembangkan mirkoorganisme secara sederhana hanya dapat dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh orang lain yang berpengalaman akan hal tersebut.

Bahan-bahan organik yang baik untuk dijadikan media pengembangan mikroorganisme secara sederhana diantaranya adalah sayuran, limbah buah-buahan, bonggol pisang, dan banyak lagi. Hasil fermentasi dari bahan-bahan tersebut akan menghasilkan mikroorganisme yang dapat langsung kita gunakan sebagai stimulator penguraian bahan organik dalam media tanam atau dalam pembuatan kompos atau humus.

Minggu, 15 November 2009

KEHILANGAN HASIL PRODUKSI PADI

Dalam rangka mempertahankan swasembada beras tahun 2008, selain produksi dan produktifitas, pemerintah juga memberikan perhatian khusus kepada teknologi paska panen. Permasalahan utama yang dijumpai pada penanganan paska panen adalah masih tingginya nilai susut produksi karena penggunaan teknologi yang belum efisien. Saat ini, kehilangan hasil produksi beras masih mencapai angka di atas 20%. Salah satu faktor kehilangan hasil yang paling tinggi adalah pada proses pemanenan dan perontokan yang masih mencapai angka 14%. 6% lebih kehilangan terjadi pada proses penggilingan dan pengangkutan.

Kehilangan hasil pada saat panen yang umumnya disertai proses perontokan terjadi karena beberapa faktor yang diantaranya adalah :
  1. Tidak tepatnya umur panen atau tingkat kematangan ideal bulir padi saat panen yang menyebabkan rendahnya rendemen dan meningkatnya bulir rontok saat panen.
  2. Masih sedikitnya penggunaan sabit bergerigi atau mesin panen sebagai alat panen sehingga meningkatkan bulir rontok saat panen.
  3. Masih banyaknya perontokan secara manual dimana faktor kehilangan lebih disebabkan tercecernya bulir padi. Mekanisasi proses perontokan secara signifikan mengurangi persentase kehilangan hasil.
Kehilangan hasil juga terjadi saat penggilingan dimana banyak mesin penggilingan yang dioperasionalkan tidak memenuhi standar sehingga kualitas yang dihasilkan cukup rendah. Para pengusaha penggilingan juga masih banyak yang tidak memperhatikan faktor kecepatan putaran mesinnya yang ideal untuk menghasilkan beras yang paling baik. Umumnya, kualitas rendah disebabkan masih tingginya persentase beras pecah dan tertinggalnya kulit ari pada beras. Hal ini memerlukan proses sortasi ulang untuk menghasilkan beras yang lebih berkualitas. Dengan kualitas giling beras yang rendah, rendemen antara gabah kering dengan beras berkualitas menjadi rendah. Saat ini, rata-rata tingkat rendemen padi adalah 61% (kg beras yang dihasilkan per kg gabah kering giling), padahal idealnya dapat mencapai 65% pada tingkat kekeringan gabah standar.

Kehilangan lainnya terjadi pada saat pengangkutan, yaitu sekitar 1-2%. Penyebabnya selain faktor manusia juga terjadinya kebocoran pada karung. Pengujian kualitas beras pada pedagang besar saja sudah mengjhilangkan tonase beras sekitar 1/3 kg per kuintal pada saat disosok untuk “pengujian”.
Berapa kehilangan hasil padi nasional ? 20 % yang setara dengan 11 juta ton GKG atau bila menggunakan harga standar Rp. 2.000,- perkilogram nilainya setara dengan 22 milyar rupiah. Sungguh ini merupakan angka yang sangat tinggi.

Sejak 2007, pemerintah telah memprogramkan peningkatan produksi beras nasional sebesar 5% pertahun dalam rangka sawasembada beras. Target ini dapat dicapai bukan hanya karena peningkatan produktifitas lahan, akan tetapi juga harus disertai dengan pengurangan persentase kehilangan hasil panen.

Lantas apa yang sedang digalakkan oleh pemerintah untuk mendukung program tersebut ? Selain sosialisasi melalui penyuluh, pemerintah juga telah menjalankan program bantuan mekanisasi pertanian khususnya untuk tanaman pangan, terutama padi. Diantaranya adalah bantuan power tresher secara bertahap kepada kelompok tani, baik secara langsung maupun terintegrasi dalam program seperti PNPM Mandiri (PUAP).




Baca pula :

Produksi Beras Nasional Naik Lima Persen

EL NINO, ANCAMAN TERHADAP PRODUKSI PADI NASIONAL

Produksi Beras Nasional Sudah Mencukupi

Rabu, 11 November 2009

Varietas Unggul Padi Baru

Oleh : Ume Humaeda, SP, M.Si

Varietas unggul merupakan salah satu komponen paket teknologi budidaya padi yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Pada tahun 2008 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah melepas 6 varietas INPARI (INPARI 1-6), dan 3 Varietas INPARA (INPARA 1-3). Inbrida Padi Irigasi, atau lebih dikenal dengan INPARI adalah varietas-varietas unggul baru padi sawah yang cocok ditanam di lahan sawah irigasi, sedangkan Inbrida Padi Rawa (INPARA) adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.



INPARI :

1. INPARI 1
Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm, jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen. Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas INPARI 1 mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek (108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas unggul adalah potensi produksi yang cukup tinggi, rata-rata produksi varietas INPARI 17,32 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.

2. INPARI 2
Varietas INPARI 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas INPARI 2 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.

3. INPARI 3
Varietas INPARI 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031.

4. INPARI 4
Tidak begitu berbeda dengan Varietas INPARllainnya, INPARI4 juga memiliki ketahanan terhadap ham a . wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan. Varietas INPARI4 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 954/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17Juli 2008.

5. INPARI 5 MERAWU
Varietas INPARI 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan umu! tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah anakan 15 anakan. Varietas INPARI 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini agak tahan terhac:lap penyakit hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Padaumumnya varietas . INPARI 5 cocok ditanam pad a lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl.

6. IN PARI 6 JETE
Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. INPARI 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 %. Potensi produksi varietas INPARI 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.

INPARA

1. INPARA I
Varietas INPARA I termasuk dalam golongan Cere Indica, dengan umur tanaman 131 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 111 cm, jumlah anakan produktif varietas INPARA I dapat mencapai 18 anakan. Apabila ditanam pada kondisi lahan rawa lebak rata-rata hasil dapat mencapai 5,65 ton/ha, sedangkan apabila ditanam pada kondisi lahan rawa pasang surut rata-rata hasllnya lebih rendah yaitu 4,45 ton/ha. Varietas INPARA I memiliki potensi hasil cukup tinggi yaitu 6,47 ton/ha. Lahan rawa, baik rawa lebak maupun rawa pasang surut umumnya mengandung Fe dan Al cukup tinggi, kedua unsur ini apabila dalam kondisi banyak dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Varietas INPARA I memiliki toleransi keracunan Fe dan Al serta agak tahan terhadap serangan wereng batang coklat Biotipe 1 dan 2, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri dan bias. Varietas ini cocok ditanam di daerah rawa lebak dan rawa pasang surut. Varietas INPARA I dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 957/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.

2. INPARA 2
INPARA 2 merupakan varietas yang termasuk dalam golongan cere indica, varietas ini agak tahan terhadap wereng batang coklat Biotipe 2 serta tahan terhadap hawar daun dan blass, serta memiliki toleransi terhadap keracunan Fe dan Al. INPARA 2 baik ditanam pada lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. Ciri dari varietas ini adalah umur tanaman 128 hari, bentuk tanaman tegak, ketahanan terhadap rebah sedang, tinggi tanaman 103 cm dengan jumlah anakan produktif mancapai 16 batang. Potensi hasil INPARA 2 mencapai 6,08 ton/ha dengan rata-rata hasil pada lahan rawa lebak 5,49 ton/ha, dan pada lahan rawa pasang surut 4,82 ton/ha. Varietas INPARA 2 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 958/Kpts/SR.120/7!2008 tanggal 17Juli 2008.

3. INPARA 3
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 960/Kpts/SR.120/7I2008 Tanggal 17 Juli 2008 Varietas INPARA 3 dilepas. INPARA 3 agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase vegetatif, agak toleran keracunan Fe dan Al, baik ditanam di daerah rawa lebak, rawa pasang surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan terhadap banjir. Varietas INPARA 3 termasuk dalam golongan cere indica, tekstur nasi pera, dengan umur tanaman 127 hari, tinggi tanaman 108 cm, bentuk tanaman tegak, dengan jumlah anakan produktif 17 anakan. Potensi hasil INPARA 3 mancapai 5,6 ton/ha, dengan rata-rata hasil 4,6 ton/ ha GKG.

Peran Penyuluh Pertanian di lapangan. Berkaitan dengan telah dilepaskannya varietas baru tersebut, maka penyuluh pertanian perlu mencari tahu, mencoba, dan menginformasikan kepada petani varietas-varietas yang cocok dan menguntungkan di wilayah kerjanya.

Ume Humaedah, SP., M.Si
Penulis dari BBP2TP
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 10 Juni 2009

PRINSIP BUDIDAYA PADI

Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R
Diproduksi : IPPT Wonocolo

VARIETAS DAN KEBUTUHAN BENIH
Pergiliran varietas harus dilaksanakan guna memperpanjang sifat ketahanan suatu varietas atas serangan hama dan penyakit tertentu. Hama dan penyakit utama seperti wereng coklat, virus tungro, bakteri hawar daun atau kresek ( Xanthomonas capetris sp ) dan bias ( Pyricularia oryzae) dikendalikan dengan penerapan pergiliran varietas. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih varietas di wilayah hamparan tertentu :

  1. Varietas umur sedang 120 hari - 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.


  2. Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Benih berasal dari produsen yang dapat dipercaya.


  3. Kebutuhan benih 30 - 35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo 35 - 40 kg/ha.


  4. Di daerah endemis serangan penyakit tungro dapat dipilih varietas Memberamo, IR-66, dan IR-74.


  5. Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas : Memberamo, Digul, Barumun, Way Apo Buru, Widas dan Ketonggo (ketan).


  6. Di daerah endemis penyakit hawar daun bakteri dianjurkan menggunakan varietas : Way Apo Buru, Krueng Aceh, Memberamo, Cilosari, Cibodas, Maros dan Widas.


  7. Memberamo lebih sesuai ditanam pada musim hujan II (MH II) atau musim gadu (MK I). Bila terpaksa ditanam pada musim hujan, dosis N yang dianjurkan adalah 200 kg Urea dengan pengairan berkala atau terputus-putus.


  8. Untuk daerah yang tidak terjadi masalah serangan hama dan penyakit varietas yang dipilih : IR-64, Way Apo Buru dan Widas pada MH, pada MK71 varietas Memberamo, Widas/Way Apo Buru.


  9. Sawah tadah hujan dapat ditanam varietas Grata, Way Rarem, Towuti, IR-64 dan IR-36.

PESEMAIAN DAN BIBIT
Yang harus diperhatikan dalam membuat pesemaian agar diperoleh bibit yang sehat/kuat antara lain yaitu:

  1. Untuk setiap 1 hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan seluas 5% (1/20-nya).


  2. Pesemaian dibuat pada area yang mudah di airi, dan tidak di area bekas serangan tungro dan penggerek batang.


  3. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.


  4. Benih di rendam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.


  5. Untuk daerah endemis serangan wereng coklat, benih sebaiknya diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum disemaikan.


  6. Pemupukan pesemaian dengan 10 kg Urea + 5 kg SP-36 + KCi 3 kg setiap 500 m2 diberikan 5 hari setelah tabur benih.


  7. Untuk mencegah serangan wereng coklat, benih dicampur dulu dengan insektisida fipronil (Regent 50 SC).


  8. Pencegahan serangan penggerek batang dan tungro, pesemaian disemprot dengan penaburan insektisida karbofuran 20 gr/10 m2 atau insektisida lain bila dijumpai serangga penular.


  9. Bibit dipindahkan pada umur 25 - 28 hari.


  10. Penanaman pada lahan yang PH > 6,5 atau diperkirakan kahat Zn, bibit sebelum ditanam supaya dicelup dalam larutan 2% Zn S04 selama 2 menit.


  11. Bibit yang menunjukkan gejala penyakit tungro (warna daun kuning kemerahan dan kaku) atau adanya gejala ganjur tidak ditanam.

PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Anjuran pengolahan tanah sebagai berikut:
  1. Dianjukan menambah 2-5 ton/ha bahan organik (pupuk kandang / kompos ) diberikan sebelum pengolahan tanah I, terutama pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah.
  2. Tanah berat dibajak dua kali, arah bajakan membentuk garis silang tegak lurus, kedalaman bajak 15 - 20 cm. Tanah ringan pembajakan dilakukan satu kali dan digaru satu kali pada kedalaman sekitar 25 cm.
  3. Untuk melumpurkan dan meratakan tanah, tanah dirotari dan di "gelebek" satu atau dua kali. Bila tidak terdapat rotari bisa dicangkul atau dilakukan penggaruan.
  4. Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
  5. Untuk keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah pertama hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.
PENANAMAN
Penanaman dapat dilakukan dengan sistem pindah biasa atau JAJAR LEGOWO

  1. Saat tanam diupayakan seserempak mungkin, dalam suatu hamparan seluas + 50 ha diusahakan selesai sekitar 10 hari.


  2. Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau "blak" yang telah ditentukan jarak tanamnya.


  3. Jarak tanam :


    • Tapi biasa : 18cm x 18cm ; 20cm x 18cm ; 20cm x 20cm, 2-3 bibit/rumpus.


    • Jajar legowo : 40 cm x ( 20 cm x 10 cm ), jarak antar barisan berselang - seling 40cm dan 20cm, jarak dalam barisan l0cm, 2-3 bibit/ rumpus.

PENYIANGAN

  1. Penyiangan secara manual atau menggunakan "osrok"/ landak.


  2. Penyiangan dapat dilakukan secara kombinasi dengan herbisida dan tangan, dengan teknik sebagai berikut


    • Penyemprotan herbisida purna tumbuh pada umur±15 hari, dosis 2 – 3 It/ha atau menurut petunjuk. Contoh herbisida Saturn-D, Ally, Rumpass, Agroxon, Ronstar dll.


    • Penyiangan pada umur _+ 30 hari bisa menggunakan tangan atau "osrok".

PEMUPUKAN

  1. Dosis pupuk Urea 250-300 kg/ha, diberikan 2 kali umur 1/2 dosis pada 8-15 hari setelah tanam (HST) dan ½ dosis pada saat primordia (45 hst). Pada tanah porus Urea diberikan tiga kali yaitu pada umur ± 15 hst, + 28 hst dan 42 hst, masing-masing 1/3 dosis Urea.


  2. Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu dosis SP-36 50-100 kg dan KCI 50-75 kg/ha.


  3. Saat ini di pasar bebas telah beredar pupuk alternatif, selain pupuk standar seperti Urea, SP-36 dan KCI.


  4. Lebih jelasnya dosis pemupukan N, P dan K maupun pupuk alternatif tanaman padi dapat di konsultasikan dengan PPL/BPP setempat.

PENGAIRAN

  1. Usahakan pengelolaan air seefisien mungkin, agar penggunaan air lebih hemat sehingga areal yang diairi lebih luas.


  2. Sistem pengairan terputus (diairi 4-6 hari sekali) memberikan hasil yang sama dengan pengairan tergenang terus menerus dan dapat menekan populasi hama dan penyakit.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit utama tanaman padi seperti tikus, wereng, penggerek batang dan penyakit tungro, sbb:

a. Pengendalian Tikus

  1. Pengendalian tikus dengan bubu dilakukan seawal mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah sampai panen. Pemasangan bubu dipesemaian maupun dipertanaman merupakan salah satu cara menekan populasi tikus.


  2. Pengendalian dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut ( sangat beracun, membunuh tikus dengan cepat ) dan racun kronis (membunuh -tikus setelah makan berulang-ulang ).


  3. Pengumpanan dengan racun akut efektif dilakukan pada saat bera menjelang musim hujan, pada saat itu sumber makanan tidak tersedia.


  4. Saat pertumbuhan vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak ± 50 m antar lokasi umpan.


  5. Pada fase bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.


  6. Saat padi berbunga hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan dengan asap belerang atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase ini tidak efektif, karena sumber makanan melimpah.

b. Pengendalian Wereng Coklat

  1. Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu.


  2. Laksanakan pergiliran varietas.


  3. Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya, selingi dengan palawija.


  4. Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat.


  5. Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk. K (KCI) dapat mengurangi keparahan akibat serangan hama wereng.


  6. Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3 - 4 hari. Segera setelah panen tunggul jerami di bakar dan di bajak.


  7. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman berumur kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur lebih dari 40 hari. Tanaman disemprot dengan insektisida seperti Applaud, Regent 50 SC, Confidor 5 WP, atau Winder 25 WP.

c. Penyakit Tungro

  1. Segera setelah panen tanah dibajak agar singgan tidak tumbuh. Tanam seawal mungkin secara serempak.


  2. Pergiliran tanaman padi - padi - palawija.


  3. Gunakan varietas tahan tungro seperti Mamberamo, IR-66, dan IR-74.


  4. Mencabut tanaman yang terserang.


  5. Pengendalian secara kimiawi dilakukan sejak di pesemaian dengan insektisida karbofuran (Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.

d. Penggerek Batang.

  1. Sampai saat ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang. Lakukan tanam serempak.


  2. Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar.


  3. Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan akibat serangan penggerek batang.


  4. Segera setelah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.



Profil Petani








Posted by Picasa

Sabtu, 07 November 2009

KHASIAT BUNGA ROSELLA YANG LUAR BIASA

Tanaman Rosella memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar pada daerah tropis dan non tropis. Biasanya, digunakan sebagai tanaman hias dan beberapa diantaranya dipercaya memiliki kasiat medis, salah satu diantaranya adalah rosella merah atau rosella (Hibiscus Sabdariffa L.). Nama lain rosella adalah Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Sepanyol), Karkad (Afrika Utara), Bisap (Senegal).

Pohon Roselle adalah sejenis perdu yang mudah ditaman. Cara penanamannya dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai.

Pada tahun 2006, dilakukan penelitian tentang manfaat medis dari rosela merah dan diperoleh hasil terdapat 1,7 mmmol/prolox antioksidan. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan kumis kucing yang antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy), misalnya Rosela Merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.

Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa sirup, teh, selai, dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein dan kalsium.

Di Malaysia, Rosella juga disebut Asam paya, Asam kumbang atau Asam susur, merupakan tumbuhan yang mempunyai keluarga yang sama dengan bunga raya/sepatu (Hibiscus rosasinensis). Tumbuhan Rosella ada yang mengatakan berasal dari India tetapi ada juga pendapat yang mengatakan Rosella berasal dari Afrika Barat. Tumbuhan Rosella ini semula diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abad yang lampau. Di India Barat disebut dengan Jamaican Sorrel.

Pohon Rosella tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3 - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga Rosella berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bagian bunga Rosella yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya yang mempunyai rasa yang amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuk (teh ) atau manisan Roselle. Daun muda Rosella bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika, biji Rosella dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, Rosella diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.

Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, ketidakhadaman, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati. Bunga Roselle banyak digunakan untuk pembuatan jus, saos, sirup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan.

Ekstrak daripada kuncup bunganya ternyata mampu berfungsi sebagai antispasmodik (penahan kekejangan), antihelmintik (anti cacing) dan antibakteria. Selain itu rosella ternyata mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga. Di India, biji Rosella digunakan untuk mengobati penyakit kulit, kekurangan darah dan kelesuan.

Bahan penting yang terkandung dalam kelompak bunga Rosella adalah Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat).

Dari penelitian lainnya terbukti bahwa kelopak bunga Rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella mengurangi efek alcohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab demam tinggi. Kelopak bunga Rosella juga diketahui membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga Rosella sebagai Farmakologi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bunga Rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

Manfaat kelopak bunga Rosella
1.          Dapat mengurangi kepekatan/kekentalan darah
2.          Membantu proses pencernaan
3.          Mencegah peradangan pada saluran kencing dan ginjal
4.          Penyaring racun pada tubuh
5.          Mencegah kekurangan Vitamin C
6.          Melancarkan peredaran darah
7.          Melancarkan buang air besar
8.          Menurunkan kadar penyerapan alkohol
9.          Penahan kekejangan Bersifat detoksifikasi, menetralkan racun
10.        Menurunkan tekanan darah
11.        Menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
12.        Menghambat tumbuhnya kanker
13.        Menjaga stamina
14.        Menurunkan kolesterol dalam darah
15.        Menyeimbangkan berat badan
16.        Mengurangi panas dalam dan susah BAB
17.        Menurunkan tingkat penggumpalan lemak di hati
18.        Mengurangi pusing / migraine
19.        Mengandung multivitamin, termasuk vit.C dan Beta karoten
20.        Membantu memulihkan dari ketergantungan obat

Penyakit yang dapat diobati :
1.          Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )
2.          Batu Ginjal
3.          Batuk
4.          Lemah syahwat
5.          Lesu
6.          Demam
7.          Tekanan Perasaan
8.          Gusi berdarah
9.          Penyakit kulit
10.        Gigitan Serangga
11.        Luka
12.        Kurang darah

Bagaimana cara mengkonsumsinya ? Masukkan 5-7 kelopak bunga Rosella dan seduh dengan air panas, tunggu 5 menit, dan ramuan siap diminum. Rasa dari minuman ini seperti asam jawa. Untuk penderita sakit maag sebaiknya dibuat lebih encer. Kalau mau tambah gula boleh juga, tapi lebih baik dicampur pake madu saja sebagai pemanis.


tanaman rosela sudah banyak diusahakan petani


struktur batang, daun dan bunga rosella



potongan melintang bunga rosela



bunga rosella yang sudah dikeringkan